Hari ibu, selalu mengingatkan saya pada cerita klasik rakyat sumatera barat, Padang. Cerita apa lagi kalau bukan si Malin Kundang anak durhaka.
Ceritanya berawal dari seorang janda bernanak tunggal yang diberi nama Malin Kundang. Mereka adalah keluarga miskin yang tentunya hidup serba kekurangan. (entah dibawah garis kemiskinan atau tepat di garisnya, ndak tau..). Singkat cerita Si Malin pergi merantau dan ketika kembali ke tanah kelahirannya setelah menjadi manusia kaya raya (namanya juga dongeng, kalau kembali merantau pasti kaya raya, padahal..hm.. heran saya). Malin Kundang lupa daratan dan tidak mengakui ibunya.
Di sini kemudian muncul banyak versi cerita. Ada yang bilang Malin kundang menendang ibunya, kemudian menghinanya karena malu dengan isterinya. Ada yang bilang Maling kundang menghardik ibunya, dan sebagainya. Akhirnya sang ibu sakit hati karena perlakuan anaknya. Reaksi yang normal, karena sebagai ibu dia berharapanaknya kembali seperti sedia kala, menyayanginya seperti sebelum dia menjadi kaya raya. Versi sakit hati ini pun macam2. Ada yang bilang sang ibu berdo'a pada Tuhan agar anaknya menjadi batu, ada versi yang sang ibu berdo'a pada Tuhan agar anaknya mendapat balasan, ada yng lebih ekstrim sang ibu mengutuk anaknya menjadi batu karena si anak tidak amu minta maaf. Entah versi mana yang benar.
Setelah itu si Malin Kundang benar-benar menjad batu dan konon kata cerita juga batu itu sering menangis. Wallahu a'lam..
Terlepas dari versi mana yang benar tentang cerita itu, coba kita renungkan cerita si malin kundang ini.
Kita misalkan cerita ini adalah benar adanya, bagaimana sesungguhnya perasaan sang ibu Malin Kundang ya? Sedih, pasti. Namun mana yang lebih sedih?? Tidak diakui sebagai ibu ataukah kehilangan anak semata wayangnya? Kira-kira.. Ibu si Malin kundang menyesal nggak yah?Heheheh.. Mari kita renungkan.. Ikhlaskah kita memberikan sesuatu terhadap orang lain? Sebagai ibu, ayah, atau apapun posisi kita, seberapa ikhlas kita memberi adalah penting sekali bagi orang yang kita beri. Penting juga bagi kita di mata Sang Maha Pemberi. Jadi pesen buat para orang tua, para ibu dan calon ibu khususnya, ikhlaslah dengan apa yang kita berikan. Memang kadangkala namanya anak-anak membuat kita jengkel setengah mati. Kata ibu saya dulu: Haduuh.,.. nek nakal2 tak balikin km ke dalam perutku, tak cetak lagi. Hihihi.. ekstrim kan?
Tapi kadang begitulah ibu.. Menanggung beban berat membesarkan anak2 adalah perjuangan terhebat yang kadang membuat kesabaran para ibu juga teruji secara hebat. Dan cilemetnya kadang tanpa sengaja terkeluarlah kata2 seperti ibunya Malin Kundang. Mungkin juga ibunya si Malin ini tidak sengaja waktu mengeluarkan sumpah atau kutukan atau doanya atau apapun itu. Namun namanya kata2 seorang ibu, akan lebih di dengar oleh sang Maha mendengar.. Dan terjadilah..
Makanya, yang jadi ibu, yang calon ibu.. musti lebih hati2 dalam perkataan kita terhadap anak2. Jangan gara2 anak dipanggil2 ga nyahut kita bilang dengan marah: " Oi.. budak nie pekak ke?? dipanggil sampai memekik tak de..pun jawab!" Alamak... andainya Tuhan seketika bilang "pekaklah tuh budak" habislah anak kita menjadi pekak. siapa coba yang menyesal??? Susah2 kita nggembol dia 9 bln lebih terus ngeden keluarin tuh anak, besarkan dia, cuman gara2 kita marah dia jadi pekak. Hayo..
Ati2 dengan lidah.. pa lagi lidah mamah..
Kalau anak2 kita kadang nakal.. hmm pergilah bercermin, dan bilang: AKU DULU WAKTU KECIL NAKAL SAMA MAMAH GAK YAHH...???
PETERNAK KENARI CILIK
12 years ago