Beberapa hari gak menjamah dunia maya, serasa beberapa bulan gak ketemu mertua. Duh apa hubungannya?
Ceritanya readers yang terhormat, di Singapore lagi musm liburan term pertama anak2 sekolah, Jadi ceritanya saya ikutan ngabuburit ke dusun sebelah, tepatnya Tioman, Malaysia
Ceritanya readers yang terhormat, di Singapore lagi musm liburan term pertama anak2 sekolah, Jadi ceritanya saya ikutan ngabuburit ke dusun sebelah, tepatnya Tioman, Malaysia
Kapan budal kie??
Berangkat dari lapangan udara Seletar (dulunya Singapore air base, sekarang dijadikan lapangan terbang komersial untuk penerbangan pesawat2 kecil ke malaysia). Sekitar pukul saru siang kami sudah nangkreng di bandara kecil nan sunyi itu, menunggu penumpang yang lain. And guess what?? flight sampe pukul setengah empat..hiekekek..laparnya..minta ampun. Akhirnya take off juga menuju Tioman..lega..dan terlihatlah pantai nan biru setelah 30 menit di atas awan. Mendaratlah dengan gronjal2 pesawat kecil yang cuman berpenumpang 40an orang itu. Tapi bagusnya naik pesawat malaysia punya semua awak pake salam.. Jadi ga nyerocos good afternoon (malemnya ga good lagie??) langsung, tapi Assalamu'alaikum...hehe.. patut ditiru oleh para awak yang lain, jd slamet gituh.
Subhanallah..itulah yg tergumam saat pesawat mau landing di pulau tioman. Pantai biru..hutan tropis mengelilinginya dengan pasir putih yang alhamdulillah jauh lebih bersih dibandingkan dengan pantai sembawang, yang kotor oleh tumpahan minyak kapal. Pesawat mendarat dengan sedikit nggronjal dan turunlah kami semua, selamat, dan muntahlah saya sesampainya di bawah. Memang sudah bawaan, lha jalan kaki aja bisa mabuk kok.
Perjalanan berlanjut ke Berjaya Hotel and resort menaiki bus yang suaranya mirip dengan dentuman meriam, hiperbola, tapi emang berisik. Jalan yang mirip dengan jalan2 desa di sekitar kecamatan Jambon Ponorogo, banyak batu dan material tak terurus sepanjang jalan menuju resort. Bercampur dengan turis yang kebanyakan dari paris, irlandia, jerman, dan tentu saja singapore..oh ya, ada turis nyasar juga dari Indonesia (saya sendiri, hihi..).
Alhamdulillah... sekitar 15 menit sampailah kami di Berjaya resort,yang alamak...besarnya satu kampung. Saya sebut satu kampung karena model pariwisata di malaysia hampir semua sama. Bukan memakai hotel bertingkat yang besar dengan kamar2 eksklusif seperti di hotel2 besar di singapura maupun indonesia. Mereka banyak mengadopsi budaya melayu dan benar2 menanamkannya di setiap sudut resort. Mulai tempat receptionist, hall, games room, kamar2 sewa, semua memakai seni khas melayu, rumah minang. Dengan gaya ini mungkin diharapkan para turis benar2 bisa menyentuh budaya melayu yang berusaha tetap dilestarikan. Setiap kamar di tempat ini di desain seperti rumah2 kecil bagi para turis. Ada yang satu lantai saja, ada yang dua lantai. Kebetulan saya dan rombongan mendiami rumah dua lantai yang terdiri dari empat kamar, maklum rombongan 13 orang. Rumah-rumah minang kecil ini lengkap dengan satu toilet, satu kulkas, AC dan TV, di setiap kamar. Untuk saya yang suka arcadde games, ada juga tempat sejenis timezone mini dan internet cafe, bahkan yang mau fitnes juga tersedia tempat fitness nya. Satu hal yang menarik di sini adalah pembagian bangunan2 di resort yang sebesar ini hanya menyisakan sekitar 5X4 meter untuk tempat sholat (disebut bilik sembahyang), itupun setelah saya muter sampai peang mencoba mencari nilai islam dlm melayu yang harusnya kental. Berbeda dengan convention hall yang sebesar samantha kridha nya Brawijaya Malang, games room yang sebesar kantor pengajaran FE UB. Entahlah, siapapun pengelolanya, ini bagian yang tidak adil.
Allahu Akbar..segala puji bagiNya yang menciptakan alam ini. Dengan menatap pantai biru saya benar2 takjub, Gust kang murba ing dumadi, benar2 indah ciptaannya. Pantai dengan batu2 koral yang masih banyak, cukup alami, seperti juga di pulau2 kecil lain di malaysia. Ikan khas daerah koral yang cantik-cantik.. Ya Allah..tak pernah salah kami mengangungkan namaMu.. Seperti di pulau Pemanggil (Kunjungan ke malaysia sebelum2nya), ikan- di sini berwarna warni, dan lebih jinak. Kita bisa terjun ke air yang ga dalam sama sekali dan memberi mereka makan. Selama di sana, dua kali rombongan terjun dan memberi roti tawar pada ikan2 itu. Hanya sayangs ekali yang ke dua, kami ngembat roti sarapan satu kresek besar dari hotel, karena kalau dibawa keluar dari hall, bisa diciwirrr.. semoga Allah memaafkan kami, terutama aq, sbg pembawanya, hicks.
Astaghfirullah.....Itu cukup untuk menggambarkan apa yang saya lihat dan sedikit "sepurane"nikmati di kolam renang. Yah..yang pernah ke bali, mungkin sama dengan di sini. Kolam renang besar dengan isinya yang setengah bugil menghiasi depan hall Berjaya resort. Di pinggirnya ada bar berisi minuman beralkohol maupun soft drink yang bisa di pesan dari dalam air. Seketika saya ingat sarapan pagi saya di hall...nasi uduk, khas melayu dengan buah2an, sama orange juice, lalu saya lihat bar di depan saya. Y Allah...mbuh dadio getih ireng mbuh abang..pangapunten sing kathah.... Inilah corak ketimuran yang menurut saya telah diubah karena kemiskinan islam. Maaf bagi yang tersinggung. Budaya yang disentuhkan memang budaya ketimuran,namun kenapa di dalamnya lebih melayani orang2 yang bukan islam? Kenapa fasilitas untuk maksiat diumbar. Udah pada pamer dada, dengan ukuran yang beragam, pamer pantat, mana perut berlemak (mending kalo body bagus), semua diumbar gitu aja, masih ditambahi dengan bar di pojok..Pantesan aja bilik sembahyang kwecil..lha lahan habis dipakai untuk ruang bercinta tanpa bilik.
Perjalanan berlanjut...
Ketika rombongan sibuk dengan ikan2 di sekitar taman laut Tioman, saya iseng masuk ke dalam sebuah bangunan. Namanya memang Taman laut Tioman. Isinya hanya lobster2 mati, tiga kura2 mati, dan beberapa cangkang kerang yang di pajang, selebihnya..nothing to display. Kecewa. Itulah yang menusuk di hati saya saat itu. Harusnya bangunan ini sebagai sarana pendidikan untuk mengimbangi sarana maksiat di resort berbintang yang ada. Namun sepertinya dari pihak pemerintah belum ada tindakan yang sedikit serius. Bahkan daerah perkampungan di situ tidak banyak menampakkan kemajuan yang baik. Memang banyak alat2 berat yang sedang dan tidak bekerja di sana, menandakan sebuah investasi jumbo sedang dilakukan. Pembangunan jalan berpaving di sepanjang pantai sedang berjalan, begitu juga perbaikan jalan2 menuju beberapa spots wisata. Namun kalau dilihat lebih cermat,akan banyak kios2 kecil, warung2 dengan jajanan alakadarnya (khas budaya pedalaman malaysia..super kumuh!)yang kelihatan sudah beberapa bulan ditinggalkan. Entah untuk alasan apa. Yang tinggal hanya warung2 reyot, meja2 lapuk, kursi2 berlumut, dan plakat minuman makanan yang tak jelas. Kami sebenarnya menunggu sebuah kedai dari pagi, namun sampai dhuhur tidak ada batang kaki si penjual.
Inikah kesenjangan pembangunan ekonomi oleh investor jumbo?
Mungkin. Dilihat dari segi bisnis, pulai Tioman menjanjikan sekali untuk pariwisata karena pesona lautnya yang aduhai. Namun kalau dilihat hasil sementara, perkampungan ini terlalu kotor jika dibandingkan dengan Berjaya Resort. Memang bukan hal yang mudah membangun sebuah industri di sua tempat tanpa melupakan penghuni setempat. Banyak industri wisata dibangun megah2 ditengah kampung2 terpencil seperti ini. Bukan hanya Tioman, Pulau Pemanggil, ada juga di Pulau besar. Rumah2 kecil kumuh para nelayan di depan resort mewah, yang memandangnya saja saya mual, kasihan, sedih dan campur aduk. Penduduk kampung mungkin merasakan sedikit ceperan dari para wisatawan yang datang iseng seperti saya (macak turis kie, ngerti gak?)yang gak betah liat para bugil ria. Tapi jika dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari sewa resort itu dengan apa yang penduduk kampung dapatkan sungguh tidak adil. Coba hitung kasaran saja, Berjaya resort ini merupakan usaha yang bukan skala ecek-ecek. Bukan hanya karena namanya sama dengan Berjaya Air (yang membawa penumpang dari singapore ke tioman), Berjaya travel, dan nama2 serupa di sana. Kalau saja sedikit perhatian diberikan pada penduduk kampung (jadi g cuman jadi para kacung dan supir aja) utnuk mendirikan usaha yang lebih baik, harusnya pulau it menjadi lebih bersih dan menarik. Namun sayang, biaya untuk pengabdian sosial seperti itu bukan mudah dikeluarkan, bahkan mungkin kita sendiri susah mengeluarkannya. Padahal paket wisatanya cukup mahal kalau menurut saya sebagai orang kecil. Kalau per kepala di charge $250 untuk wisata 3 hari 2 malam, hanya dapat sarapan pagi, makan siang dan malam cari sendiri. Masak bisa dibilang murah sih??
Entahlah, undeveloped tioman..semoga nantinya dikelola oleh investor yang baik..amien...
No comments:
Post a Comment