Monday, January 19, 2009

Ketika aku harus jujur..

Pukul 10 malam.
waktunya tidur untuk orang2normal, ketika Madam memintaku menarik jari2 kakinya. Konon ini sudah menjadi obat atau tepatnya candu buat da, karena tak pernah terlewatkan sealampun tanpa sentuhan tanganku, hihihi. Parah!
Seperti biasa dia akan curhat tentang tempat kerjanya, krisis yg terjadi ataupun rencana2 liburan. Malam itu kami membicarakan rencana ke Pulau Tioman. Ahh..penginnya..aq ikutan. Kemungkinan besar harus ditempuh lewat jalur udara mengingat kondisi fisikku yang aneh bin ajaib, naik becak aja bisa mabuk. Apalagi ke Tioman, perjalanan lautnya harus empat jam. Sama dengan ke pulai Pemanggil, yang akhirnya aku teler muntah sampe yang keluar warna kuning ijo, hiiii...weeks byorr..
Yang membuatku kemudian berpikir adalah trip itu akan dilakukan pada saat liburan maret nanti. Duh.. rasanya dag dig dug aku mau menyatakan niat kepulanganku. Akhirnya nyeplos juga dengan sedikit ragu-ragu:
"Ibu.. I think I am going home this march.." suaraku bak hilang dikerongkongan.
Sontak madam bangkit duduk
" What?? no kidding.. hah? I paid all ur insurance already.. Why did u do this to me? ketuk pala km nak balik kampung.." Kata madam dengan nada agak tinggi.
" Hm.. this is serious.. I mean it, i wan to go home this march?"
" Can't u wait for 6 more months??"
"Iam afraid I can't.."
Tuhan, entah salah atau benar, namun berkali kutanyakan padaMu tentang hal ini,dan kau menuntunku ke arah ini. kami diam sejenak, kemudian madam berkata lagi. Aku masih menarik jempol terakhirnya.
"Talk to Bapak now, if u mean to. The faster u tell him, is better.."
Duh. Inilah yang paling aku takutkan. Panggil aku chicken, tapi hal yang kulakukan memang sudah keterlaluan.
Akhirnya malam itu aku duduk seperti seorang terdakwa (meskipun memang pernah mengalaminya di PN Ponorogo.. yg nih lebih nakutin!). Argumentasi entah berujung dan berpangkal dimana malam itu. Yang jelas aku meyakinkan mereka bahwa aku akan baik2 saja di sana, menemukan pekerjaan baru, dan ga akan menyesal balik ke rumah. Meskipun Bapak berat melepas, dengan segala alasannya. Namun ga ada yang bisa mencegah ketika keputusanku sudah bulat. Tentang alasan kenapa aku pulang leih dari tiga kali Bapak tanyakan padaku.
"I will release you, but give us the best reasons why you must go home this early.. Does anyone offer u better salary?" Bapak dengan nada khasnya
"Ya.. you better be frank, If anyone offers u better salary, u must take it. But you must tell us.." Timpal ibu.
Runtuh..hatiku saat itu. Aku berkhianat, itu yang aku tahu. Ini bukan karena offer dari manapun, bukan karena gaji lebih tinggi, bukan karena seperti apa yang mereka tanyakan. Ini adalah pilihanku yang tertunda sekian lama. Bersabar menjadi sebuah lilin yang mencoba bertahan dengan api menyala meskipun di tengah badai. (wess..w.s. rendra kalah..). Semua mengalir malam itu, aku bercerita panjang tentang sebenarnya aku, mengapa sampai di sini, dan segala masalahku. Alhamdulillah..meskipun alot, terurai juga keinginanku.
Detik2 terakhir terlontar juga pertanyaan bapak apakah sebenarnya aku sudah muak jadi pembantu. Spontan ku jawab: "Yess.. that's also my reason.." Thuink! Tentu saja bapak sama sekali ga setuju dengan alasan ini. Perasaan muak ini akan membuatku mengambil keputusan dengan emosi, dan banyak lagi akibat di dalamnya. Beliau juga takut nantinya aku merepotkan orang rumah, bukankah lebih baik tinggal di sini, semua bebas dilakukan, ga jadi beban.. Tapi Tuhan.. Tempatku bukan di sini..

Dan terakhir kali bapak bilang: "I can sense.. somebody offers you something special at home... even though you don't want to tell me.."
Pembicaraan ditutup.. ga pake doa penutup majlis.. Hihihi.. pukul 11.30 malam.

Akhirnya..kutepati janjiku beberapa bulan yang lalu.. (InsyaAllah)
Semoga pilihanku benar, semoga kakiku kuat untuk menempuhnya, meskipun aku tahu kerikil tajam menantiku...

1 comment:

  1. Kejujuran memang kadang begitu menyakitkan, hidup memang suatu pilihan, semua harus dijalani, semua harus di lalui.

    jalan yang beliku, jalan yang menanjak, hujan, badai, halilintar, anggap itu hanya sebagai rintangan yang kita yakini bisa maluinya

    semoga kita menjadi orang yang selalu mendapat Rahmad dari-NYA
    amien...

    ReplyDelete

In a nut shell

Jika Allah yang menolong kamu, maka tiadalah yang dapat mengalahkanmu, jika Allah membiarkan kamu (tidak menolongmu)maka siapakah yang dapat menolong kamu selain Allah. -Ali Imran 160