Hard worker, itulah pekerja keras katanya publik.
Apa pekerja yang teriak keras2? ini namanya pembodohan publik.
Apa pekerja yang teriak keras2? ini namanya pembodohan publik.
Setiap pagi, dia akan mendorong trolley beratnya menuju ke Sun plaza, seratus meter dari blok tempatku tinggal sekarang. Sekitar jam 8.30 pagi dia akan melewati sekolah ahmad di bawah blok 317. Begitulah dia, entah aku juga ga tau siapa namanya. Dia memakai "seragam" , kalau boleh ku bilang itu seragam. Sepasang baju, tepatnya baju tidur, yang selalu dia pakai tiap pagi. Setahuku dia memakai dua macam motif yang berbeda, dengan warna yang hampir sama, biru muda.
Rambutnya pendek, memutih semua, tubuhnya bongkok, mungkin karena dia dorong trolley yang agak rendah. Namun ketika kulihat dia pencet tombol liftpun, tubuhnya ga tegak juga, berarti positif, itu orang bongkok. Trolley itu berisikan kardus2 bekas yang dibawanya dari Sun plaza. Kalau menurut pengamatanku, dia lebih dari sekali pergi ke Sun plaza. Pagi hari sebelum Sun plaza buka (bukanya pukul 10 pagi, perpus pukul 11 pagi), sekitar setengah sembilan dia uda balik dari sana. Berarti dia sudah keluar rumah seelum pukuk delapan, mengingat jalannya yang menurutku hanya 1 km perjam. Maklum, menurut penglihatanku usianya sudah diatas 65 tahun. Berbadan kurus, bahkan lebih kurus dariku.
Dia tinggal di blok 317, tempat ahmad sekolaj, di lantai 16, paling ujung untuk ukuran rumah flat di sini. Tangan2 keriputnya yang kdang mengingatkanku akan kekejaman dunia. Siapakah dia? Adakah keluarganya?Tinggal dengan siapa dia? Apakah dia melakukannya karena hobby, pikun, atau memang kehidupan memaksanya untuk demikian?
Pandangan orang di luar negara kecil nan megah ini, penduduknya kaya semua, g ada yang miskin. Namun disebalik semua gedung bertingkat yang menjulang, ada juga mereka yang satu keluarga hanya menempati rumah dua kamar, ada yang ga punya rumah, banyak yang dapat bantuan $400 sebulan, hanya untuk bertahan hidup. Bahkan kasus2 pencurian makanan oleh anak2 banyak terjadi karena memang di rumahnya gak ada makanan. Miris? Memang. Disebalik gencarnya eksport tenaga luar negeri untuk negara ini, khususnya tenaga domestik_rumah tangga, red. Banyak juga yang nasibnya ga jelas. Namun satu hal yang bisa kita amati kalau kita berbaur dengan penduduk sini. Adalah hal yang sangat memalukan menjadi pembantu. Adalah hal yang sangat menyebalkan menjadi ibu rumah tangga. Karena banyak orang yang bekerja di child care centre (tempat titipan anak), sedangkan anaknya sendiri diasuh pembantu, orang jawa lagi. hihihi...
Terlepas dari intermezo tersebut, kita kembali ke si nenek tua tadi. Yang bisa aku lihat dari pribadi dia..dia adalah pekerja keras sesungguhnya. Memang di sini banyak para pensiunan yang bisa bekerja lagi di sektor non formal. Maka jangan heran kalau lihat tukang sapu di mall, supir taksi, tukang potong rumput, tukang bersihkan WC, pelayan rumah makan, dan sebagainya adalah para pekerja berusia tua. Mereka adalah manusi2 super yang tak mau tinggal diam. Ada yang karena memang jenuh dengan hari tuanya, ada juga yang memag g ada pilihan lain. Tapi banyak juga yang manja2 di dorong dengan kursi roda oleh pembantu rumah tangga, orang jawa lagi. heheheh..
Hard worker never dies..mungkin itu yang mau dibuktikan nenek tua itu pada dunia. Dengan kemampuan jalan yang hanya setapak demi setapak..(lha masak mo lompat???), dia menyusuri jalan, mengambil kardus2 bekas, membawanya pulang, yang entah untuk apa kardus2 itu. Kalau untuk main rumah2an..kayaknya ga mungkin dech yah..yang mungkin hanyalah dijual pada karung goni, alias pemulung pada hari2 tertentu. Ah.. kadang aku malu melihat diriku sendiri. Kerja ringan, masi mengeluh, badan sehat ga dimanfaatkan dengan baik, otak bagus, bukannya buat belajar malah buat mikir yang ga bener...
Owalah nenek tua... aku seperti melihat sosokku 40 tahun lagi..itupun kalo aku masih hidup..
So.. seberapa keras yang telah kau lakukan??Tanya dech pada diri sendiri.. masa kalah sama mak wek kayak gituh..
So.. seberapa keras yang telah kau lakukan??Tanya dech pada diri sendiri.. masa kalah sama mak wek kayak gituh..
Kalo saya baca, apapun alasanya sungguh luar biasa perjuangannya, dalam usia yang sudah tua beliau masih bisa bekerja dengan keras
ReplyDeleteKalo di tanya seberapa keras yg saya lakukan?
mungkin diri saya masih kalah dengan perjuangan nenek itu,
yah semoga ini menjadi motifasi saya untuk bisa lebih bekerja keras.
nice post TATA...
aku ya masih belum apa-apa... banyak hal kecil yang luput dari perhatian kita ternyata hal kecil itulah yang dapat membuat perubahan besar...
ReplyDelete